Sunday, October 20, 2019

ANTARA LENTENG AGUNG DAN CIPAYUNG, TERSELIP PESAN MORAL


#AnakNers #StaseJiwa #NersPsikiatri

Saya dan Pak Udin
Pada hari kedua praktik di Stase Jiwa/Psikiatri tanggal 1 Oktober 2019 tepatnya pukul 07.05 WIB kita semua sudah panik karena harga GrabCar melonjat naik dari harga semula yang 65K menjadi 110K untuk 6 penumpang. Dimana jumlah kita ada 10 orang yang sejurusan ke tempat praktik di PSBL Harapan Sentosa II Cipayung, Jakarta Timur. Akhirnya saya mencari alternative lain, yaitu dengan menyewa angkot (angkutan kota) yang sementara lewat depan kita. 

Singkat cerita kita naik di angkot tersebut dan saya duduk di depan yang langsung BHSP (bina hubungan saling percaya) sama si supir tadi, bukan BHSP sama ODGJ ya (efek BHSP dengan pasien jadi maunya BHSP sama driver). Si sipur ini namanya Pak Udin (60 tahun). Dalam perjalanan, saya mulai nanya “Pak Udin jika ngga keberatan jemput kita selama praktik Stase ini boleh ngga”? Dengan suara yang nyaring Pak Udin menjawab, boleh aja!!! Kalo gitu harganya berapa ya Pak? Untuk kalian semua 100K aja, mau naik berapa banyak orang pun harganya tetap sama (minimal 10 orang biar patungannya 10K). Akhir kata persetujuan antara kami (saya dan teman-teman) dengan Pak Udin deal. Selama dijemput ngga pernah Pak Udin telat, malahan kita yang sering telat naik angkot dan tidak pernah ada keluhan dari mulutnya untuk kami harus ontime.

Pria yang berasal dari Kulon, Banten ini, mulai mendidik saya katanya “kelak kalo loe nikah atau sementara jalan serius sama pacar kamu tolong hargai dia, karena dia yang nanti bersama dengan kamu, jangan mainin hati perempuan ya dek”. Sambung lagi oleh Pak Udin, dek kamu jangan lupa kelak kalo nikah utamakan keluarga kecilmu setelah itu baru keluarga besarmu ya.

Pak Udin, si supir yang usianya lebih dari setengah abad ini bercerita kalau dia mempunyai 1 orang istri, 3 orang anak, 3 orang menantu dan 6 orang cucu. Semua anaknya sudah bekerja, katanya (Pak Udin) anak saya yang sulung (laki-laki) lulusan STAN dan juga sudah selesai S2 di Mercu Buana sekarang sudah bekerja di Ditjen Bea Cukai, anak yang kedua (perempuan) lulusan UI sekarang sudah bekerja di Telkom dan yang terakhir anak saya yang bungsu (laki-laki) tamatan Politeknik APP serta sudah berhasil lulus dari Esa Unggul sekarang bekerja di Adikarya.

Sambung saya, hebat ya anak Pak Udin pada sukses semua, tipsnya gimana sampai anaknya masuk Sekolah Kedinasan (STAN) dan kampus terbaik (UI) senusantara ini Pak Udin? Jawabnya simple hanya cinta, dimana kalau kamu nikah nanti tolong didik anakmu dengan lembut dan ngomong pelan-pelan, jangan menggunakan rotan dan main tangan maka yang diterima oleh anakmu juga akan diimplementasikan pada kehidupannya baik itu lingkunga bermain atau studinya. Saya tidak pernah memaksakan anak saya untuk belajar, tetapi saya selalu pesan untuk mereka bahwa bapak (Pak Udin) tidak tamat SD maka kalian (anak-anak Pak Udin) harus belajar dengan giat, bapak akan berusaha untuk pendidikan kalian. Dan akhirnya mereka mendengar dan saya bahagia liat mereka pada sukses semuanya baik pekerjaan maupun rumah tangga mereka masing- masing.

Pasukan LA
Ada satu hal yang harus kamu tau ya dek, “semua orang tua di dunia ini tidak menuntut setelah kalian sukses harus bayar semuanya atau ngasih sesuatu berharga untuk mereka tetapi orang tua akan bahagia dan bertanggung jawab kepada Tuhan bahwa dia mampu membina anaknya”. Sambungnya, saya selalu bersyukur pada Tuhan dikasih istri yang pintar dan bijak, walau dia (istri Pak Udin) hanya tamat SMP tetapi mampu mendampingi saya dan mendidik anak-anak kami, dia juga membantu saya dalam perekonomian keluarga kami sebagai penyedia catering harian bisa sehari didapat 80 dus dengan harga @17K. Lanjut saya, hebat ya keluarga Pak Udin. Balasnya, “nikmat Allah mana yang harus saya dustai lagi? Saya bersyukur dek sembari tersenyum”.

Semula saya (Pak Udin) hanya menjadi supir bantu pada angkot orang (temannya) dan akhirnya saya nabung untuk membeli angkot sendiri pada waktu anak pertama saya masih SMP, jadi saya harus nabung lagi untuk kuliah mereka nanti. Waktu masih pakai angkot orang itu saya tinggalnya di Lebak Bulus (daerah Jaksel) dan sekarang sudah pindah ke Kali Sari (Jaktim). Semua yang sudah saya punya ini dibangun dari nol dimana dibantu dan disaksikan sendiri oleh istri saya. Sambungnya lagi, sesuatu yang dibangun dari nol dengan seseorang itu harus kita perjuangkan orang tersebut, jadi saya (Pak Udin) tidak pernah selingkuh hanya setia pada istri saya sampai saat ini dan bahkan untuk selamanya. Respon saya hanya senyum dan menganggukkan kepala.

Saya dan istri tidak pernah meminta mobil yang baru tetapi anak yang sulung belikan Avanza untuk saya, dan bahkan anak kedua serta si bungsu merenovasi rumah dimana awalnya hanya 1 lantai dan kini sudah 2 lantai. Itu semua keluar dari dari hati mereka, saya tidak pernah mengatur mereka dan mengemis pada mereka, karena saya sadar bahwa tugas saya sebagai orang tua sudah selesai. Nasehat pun keluar dari mulutnya, “entar loe semua yang di angkot ini juga nikah tetapi selalu ingatlah ini mencari pasangan hidup itu bukan sembarangan dimana dia mampu menerima semua kekurangan dan kelebihan pada diri kita dan ma uterus temani kita dari titik terendah. Maaf ya dek saya sekolahnya tidak cukup tapi itu tips yang harus dilihat.

Saya pernah bertanya ini pada beliau (Pak Udin), Pak mempunyai anak yang sukses, angkot pribadi dan istri punya usaha sendiri, apakah Pak Udin ngga mau berhenti ngedrive aja? Saya ngga mau nyusahin anak-anak dan istri saya, saya mencari untuk memenuhi kebutuhan harian saja dan mengisi kekosongan di rumah, alhamdulillah semuanya bisa terpenuhi. Sambung saya, “semoga naik haji nanti ya Pak”, jawabnya hahaha aminnn ia sebenarnya rencana saya dan istri juga demikian. Dalam hati jitu ya tebakan saya.

Ada pertanyaan yang juga keluar dari mulut saya, Pak Udin beberapa hari yang lalu sempat bilang kalau punya Avanza, ngga narik pakai itu aja atau dipakai untuk apa gitu Pak? Sambung beliau, “digunakan untuk ngantar istri saya ke pasar untuk belanjain barang dagangannya, kalau kamu mau gunakan mobil itu untuk jemput juga ngga apa-apa biar harganya sama aja, mau ngga? Ngga bisa Pak Udin, soalnya kami sangat banyak kalau pakai mobil itu berarti kami sebagian tidak bisa naik, balasnya hahaha ia juga ya. Tapi gini, kalau kalian mau jalan-jalan ke mana bisa hubungi saya untuk ngantar dan ngga perlu dibayar hanya isi bensin aja kok. Balas saya, semoga diusahakan (dalam hati makan aja senin kamis mau jalan gimana coba). Tetapi teman yang lain merespon "ke Puncak, dll".

Selama saya dan teman-teman menggunakan jasanya, Pak Udin setiap hari nyiapin aqua 600 mL untuk saya karena saya selalu duduk di depan bersama beliau. Dan pernah beliau bagikan aqua pada teman-teman serta beliau juga pernah membelikan tahu Sumedang untuk kami seangkot. Dalam hati, “ternyata masih ada orang baik yang Tuhan naruh di kota ini, mamakota”!!!

Dari beliau (Pak Udin), saya memetik satu kalimat:

“Pendidikan bukan diukur dengan sikap anda pada orang lain dan pendidikan bukan juga sebagai tolak ukur usaha anda dalam membina keluarga”



Silakan membaca ulang dan liat PESAN MORAL yang selalu Pak Udin sampaikan.

Berikut video dalam angkot!!!



No comments:

Post a Comment