Wednesday, March 20, 2019

TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN PULAU KISAR


Indonesia tidak pernah luput dari kata kepulauan. Ya Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar nomor satu di dunia. Indonesia terdiri dari sangat banyak suku, agama, ras dan adat terbentang dari Sabang sampai Merauke serta dari Miangas sampai Rote dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika”. Hal ini perlu kita jaga dan melestarikan karena Indonesia kaya akan sejarah dan budaya agar jati diri bangsa Indonesia tetap ada.
Berbicara mengenai Indonesia tidak lengkap tanpa Pulau Kisar. Pulau Kisar merupakan salah satu pulau di Kepulauan Maluku yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dan Australia, serta berada pada kategori 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Pulau Kisar juga pernah menjadi ibukota sementara Kabupaten Maluku Barat Daya. Banyak masyarakat belum tahu mengenai Kisar, justru itu dalam artikel kali ini saya mau memperkenalkan unsur-unsur kebudayaan Pulau Kisar menurut Koentjaraningrat.
Sebelum kita masuk mengenal 7 unsur kebudayaan di Pulau Kisar, mari kita simak pengertian kebudayaan itu sendiri menurut Koentjaningrat. Kebudayaan adalah keseluruhan ide-ide, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaningrat, 1985).

TUJUH UNSUR - UNSUR KEBUDAYAAN
Pantai Kiasar
(Sumber: Elyoto)
Nama lain untuk Pulau Kisar adalah Yotowawa bahasa Meher. Nama lain adalah Daisuli = kering, hidup dalam kesusahan, kesulitan. Tapi sekarang orang Kisar banyak duduk di Birokrasi Pemerintahan dan juga semua hidup makmur, itu tandanya orang Kisar bukan sembarang. Nama lain lagi adalah  Kiehar, nama sebuah pantai dimana Orang Belanda pertama kali turun di Kiehar, karena pengaruh ucapan orang Belanda, maka menjadi Kisar.

Gunung tertinggi di Pulau Kisar adalah “Taitulu”. Disemua gunung dan tanjung bertebaran kambing dan domba di padang rumput, dan terdapat pula pohon Ara. Hal ini menurut pandangan semua Turis yang ke Kisar, yaitu Kisar terlihat seperti Israel. Yang tidak percaya silakan berkunjung ke Pulau Kisar, menggunakan Pesawat maupun Pelni.

Secara geografis Pulau Kisar termasuk gugusan Pulau–Pulau Terselatan. Terdiri dari : P. Kisar, P. Romang, Pulau Wetar P. Lirang serta beberapa pulau kecil tak berpenghuni, semua itu tercakup dalam Kecamatan Pulau Pulau Terselatan dengan ibu kotanya Wonreli di Pulau Kisar. Tetapi dengan adanya perkembangan maka sudah terpecah menjadi beberapa kecamatan baru diantaranya:
1.  Kec. Pulau Pulau Terselatan ibukotanya Wonreli
2. Kec. Kisar Utara ibukotanya Lebelau
  1. Kec. Wetar ibukotanya Ilwaki
  2. Kec. Wetar  Utara ibukotanya Lurang
  3. Kec. Wetar Barat ibukotanya Lirang
  4. Kec. Wetar Timur ibukotanya Arwala
  5. Kec. Kepulauan Romang ibukotanya Jerusu
Dalam waktu dekat gugusan Terselatan ini akan mekar menjadi DOB, sebagai anak Yoto saya pribadi ingin dipercepat segala prosesnya.

  1. Sistem Peralatan Dan Perlengkapan Hidup
     Dalam pekerjaan ladang, dikenal ritus penyiangan, ritus penanaman, ritus panen atau menuai. Pada ritus panen, sajian diberikan kepada “Upler”. Sebelum panen debu ditabur mengelilingi ladang yang akan dituai. Tujuan : mencegah roh – roh yang akan merampas hasil panen.
     Pada ritus panen, sajian diberikan kepada Upler/Tuhan dan para leluhur.
     Pada pasca panen, hasil jagung dapat diawetkan  dengan menggunakan abu kayu Kusambi yang dibakar atau abu kotoran sapi yang dibakar.
     Biasanya masyarakat Kisar menempatkan sebuah batu sebagai tugu di tengah–tengah ladang, dipercaya sebagai tempat Tuhan/Upler hadir di usaha mereka.

  1. Sistem Mata Pencaharian
     Mata Pencarian  masyarakat Kisar adalah
a.       Bertani : Jagung, Lemon dan Kelapa. Ini yang membuat Lemon dengan lebel Kisar sangat popular di pasaran serta minuman Sopi juga laris manis di psaran (awas mabuk). Masyarakat Kisar  mempraktekkan perladangan  menetap (bukan perladangan berpindah–pindah) dikarenakan tanah di Pulau Kisar adalah tanah yang sangat subur (Sumber: Hasil Penelitian Unpatti)  
b.      Beternak : kambing, domba dan babi.
c.       Nelayan.

  1. Sistem Sistem Kemasyarakatan
     Luhunana adalah ikatan persekutuan semarga.
     Sokolai adalah ikatan gabungan beberapa marga. Contoh: Letelay, Lainata, Samloy, dan Tenlima. (Cf. Mutu di Teon Nila Serua).
     Wailara adalah adalah nama sokolai untuk gabungan marga – marga Dahoklory, Noak, Darakay, Dadiarupun, Maupula, dan Samadara.
     Losno adalah fam yang berbeda-beda, tetapi merupakan ikatan adik – kakak.
     Losntol adalah ikatan persekutuan dengan larangan tidak boleh kawin – mengawin.
     Sistem perkawinan masyarakat Kisar adalah Patrilineal
     Roson adalah sebuah kerjasama tanpa dibayar dan akan berlaku pada kelompok tersebut dimana saling membantu. Atau dengan kata lain “roson” merupakan gotong royongnya masyarakat Kisar.
Ada banyak sekali hal-hal yang penulis tidak tahu tentang sistem kekerabatan, itu sebagian yang saya tahu dari perkuliahan.

  1. Bahasa
Bahasa asli masyarakat Kisar adalah: bahasa Meher, di samping itu ada bahasa Tetun (Timor Leste) yang digunakan oleh penduduk negeri Oirata.

  1. Kesenian
     Tari perang
     Tari saat  upacara perkawinan
     Tari peresmian rumah
     Tari panen
     Tarian untuk mengatur plasenta dari bayi yang baru lahir yang digantung di atas pohon
     Tari Kerpop’o
     Pantun dan syair diungkapkan dalam bahasa Meher dan Tetun

  1. Sistem Pengetahuan
     Pengawetan hasil panen jagung  dengan  menggunakan kotoran sapi yang dibakar atau kayu Kusambi yang dibakar merupakan sistem pengetahuan masyarakat  yang diperoleh dari pergaulan manusia Kisar dengan alam.
     Pada zaman dahulu belum adanya korek api, maka masyarakat Kisar menggunakan kayu Tuii, kayunya yang di ambil sebagai alat untuk menyalakan api dengan caranya  kayu 2 keci itu di masukan ke lobang kayu yang sudah di isikan rantin-ranting kecil dan dedaunan kering kemudian di gosok sampai kayunya panas maka keluarlah api.
     Pada zaman dahulu juga masyarakat Kisar menggunakan buah Bintanggur dari pohon Bintanggur sebagai minyak tanah.

  1. Sistem Religi
     Masyarakat Kisar menyembah Upler/Uplera (Tuhan)
     Mereka percaya  juga pada roh – roh para leluhur dimana sering mereka memberikan sesajian di kubur atau dengan melakukan ritual “Wahair” (kegiatan dimana sebelum makan diberikan terlebih dahulu kepada leluhur engan cara menumpahkan ditanah).
     Ada juga roh–roh gaib

SUMBER
Materi Kuliah pada Mata Kuliah Kebudayaan Maluku.


No comments:

Post a Comment